MasarikuOnline. Com, Ambon – Mengetahui keberadaan 90-an anak-anak Negeri Kariuw yang sudah 2 bulan harus meninggalkan kampung halaman karena tidak mendapatkan pendidikan yang layak dan saat ini mengenyam pendidikan di persekolahan Rehobot milik YPPK DR Sitanala di kota Ambon.
Kepala sekolah SMA Rehobot Ambon, Salomina Patty, S.PAK,. M.Si, saat ditemui media ini di ruang kerjanya pada Rabu (23/08/2023) menceritakan perkembangan mereka dalam beradaptasi mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung.
Patty menjelaskan, proses saling menerima antara anak-anak dari Negeri Kariuw dengan para siswa-siswi yang ada di persekolahan Rehobot ini berjalan sangat baik, karena para pendidik telah diarahkan untuk selalu memberikan pendampingan agar mereka tidak merasa asing dilingkungan sekolah yang baru.
“Semua anak-anak dari Negeri Kariuw di tempatkan di asrama, dan berbagai fasilitas disediakan, seperti tempat tidur, perangkat pembelajaran, termasuk makan minum mereka, hal ini dimaksudkan agar mereka lebih santai dan bisa beradaptasi dengan lingkungan di persekolahan Rehobot ini,” Jelas.
Lebih lanjut Patty menjelaskan, saat kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), semua siswa-siswi yang dari Negeri Kariuw (kelas XI dan XII) diikutsertakan bersama-sama dengan siswa-siswi yang baru (kelas X), ini dilakukan agar mereka dapat mengenali lingkungan sekolah, mengetahui peraturan yang berlaku, mengenal para guru dan juga siswa-siswi yang baru.
“Ada materi healing yang kami berikan kepada mereka untuk menghilangkan rasa trauma yang mereka alami saat berada di Negeri Kariuw,” ungkapnya.
Untuk proses pembelajaran kata Patty, SMA Rehobot Ambon, pada kelas X menggunakan kurikulum merdeka sedang kelas XI dan XII masih menggunakan kurikulum 13. Mereka secara umum bisa beradaptasi terhadap proses pembelajaran yang diberikan oleh para pendidik.
“Untuk mengejar ketertinggalan, kami membuat kelas tambahan agar tidak tertinggal mata pelajaran yang belum mereka dapatkan sebelumnya, khususnya untuk kelas XI dan XII,” tuturnya.
Terkait dengan pembentukan karakter, Patty mengatakan pembentukan karakter pada persekolahan Rehobot menjadi perhatian utama, setiap siswa-siswi dididik untuk berkarakter yang baik.
“Untuk materi pembentukan karakter, salah satu metode yang digunakan adalah Ibadah, baik saat masuk ruang kelas maupun saat berada di asrama, bangun pagi dan saat tidur malam, materi yang disampaikan saat Ibadah itu adalah materi dari Lembaga Pembinaan Jemaat yang dikeluarkan oleh GPM,” ungkapnya lagi.
Saat di singgung terkait perhatian dari pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Pendidikan propinsi Maluku, Patty mengaku, Dinas Pendidikan propinsi Maluku sangat responsif terhadap keberadaan anak-anak ini. Seluruh data Dapodik anak-anak ini telah diselesaikan dan setiap perkembangan selalu dipantau.
“Dukungan penuh juga datang dari pihak Gereja lewat Yayasan Sitanala, seluruh anak-anak dari Negeri Kariuw di gratiskan biaya pendidikan, mereka juga diberikan fasilitas tinggal di asrama dan seluruh kebutuhan mereka selalu diperhatikan.
Ditempat terpisah, salah seorang siswa dari Negeri Kariuw, Henny Takaria (kelas XII IPS) yang ditemui media ini mengatakan, sangat bersyukur dan berterima kasih, karena kami difasilitasi dengan segala kebutuhan, tempat tinggal di asrama semuanya disediakan, guru-guru juga baik-baik, pokoknya kami merasa nyaman ada di persekolahan Rehobot ini.
Henny Takaria pada kesempatan diwawancarai meminta kepada pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten maluku tengah untuk dapat memperhatikan Negeri Kariuw, di sana masih ada keluarga dan semua basudara, ciptakan kedamaian yang hakiki di negeri kami agar keluarga dan semua basudara bisa hidup dalam suasana yang nyaman dan kondusif, mereka bisa beraktivitas tanpa harus rasa takut.
Henny Takaria juga berharap pemerintah daerah tidak lepas tangan terhadap mereka yang sementara bersekolah di persekolahan Rehobot, karena pemerintah satu-satunya harapan kami untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik lagi kedepannya. (JR)