MasarikuOnline. Com, Makassar – Ekonom Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku, Ivan Firmanda Dindahutama, memaparkan materi terkait Glosarium Indikator Perekonomian dalam kegiatan yang berlangsung di ruang Macora, Hotel The Rinda, Makassar, Rabu (8/10/2025).
Dalam penyampaian materinya, Ivan menjelaskan struktur organisasi BI Maluku yang terbagi ke dalam tiga bagian besar. Bagian pertama, yakni Kebijakan dan Ekonomi Daerah, berfokus pada pemberian rekomendasi dan asesmen terkait kondisi ekonomi, inflasi, dan kajian sektoral daerah.
Selanjutnya, bagian Implementasi mencakup bidang UMKM, ekonomi dan keuangan syariah, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), hubungan masyarakat dan relasi pemangku kepentingan, serta survei perekonomian.
Sementara itu, bagian ketiga adalah Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah, yang mencakup digitalisasi transaksi, retribusi non-tunai, serta pengawasan sistem keuangan dan peredaran uang.
“Jadi, kalau ingin menanyakan hal terkait inflasi atau perekonomian daerah, arahnya ke tim Pak Rahmat. Sementara urusan sistem pembayaran atau uang rupiah, itu di bawah koordinasi Pak Diki,” ujar Ivan.
Ivan kemudian menjelaskan salah satu indikator utama ekonomi daerah, yakni Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Menurutnya, PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan unit usaha dalam suatu wilayah tertentu dan menjadi gambaran kinerja ekonomi daerah.
“PDRB itu ada dua, yaitu atas dasar harga berlaku (ADHB) dan atas dasar harga konstan (ADHK). Kalau mau lihat struktur ekonomi, pakainya ADHB. Tapi kalau mau lihat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, gunakan ADHK,” terangnya.
Ia menegaskan, data PDRB dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai otoritas statistik resmi, sedangkan BI memanfaatkannya untuk melakukan analisis dan rekomendasi kebijakan ekonomi.
Dalam kesempatan itu, Ivan juga mengulas inflasi, yang menurutnya menjadi salah satu indikator paling sering dibahas oleh BI.
“Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus. Kalau naiknya hanya sesekali, belum disebut inflasi,” jelasnya.
Inflasi diukur melalui Indeks Harga Konsumen (IHK), yang menghitung rata-rata perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga dalam periode tertentu.
Ivan memaparkan, inflasi biasanya dibagi menjadi tiga kelompok besar:
1. Volatile Food – harga bahan pangan segar yang berfluktuasi seperti sayur dan daging,
2. Administered Prices – harga yang diatur pemerintah seperti BBM, tarif listrik, dan transportasi,
3. Core Inflation – inflasi yang dipengaruhi oleh faktor permintaan dan penawaran barang yang telah diolah, seperti makanan siap saji.
Ia juga menambahkan bahwa penghitungan inflasi di Maluku hanya dilakukan di tiga wilayah sampel, yakni Kota Ambon, Kota Tual, dan Kabupaten Maluku Tengah.
“Tiga wilayah ini dipilih BPS karena memiliki tingkat perkembangan ekonomi yang relatif pesat dibandingkan daerah lainnya di Maluku,” tutur Ivan.
Melalui pemaparan tersebut, BI Maluku berharap para peserta forum dapat memahami secara lebih mendalam indikator-indikator utama perekonomian, termasuk peran dan fungsi masing-masing bidang dalam mendukung kebijakan ekonomi daerah. (JR)