Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) BI Edi Susianto mengungkapkan pelemahan rupiah dipicu akibat langkah kebijakan tarif Trump, semua mata uang khususnya emerging market melemah terhadap dolar AS.
Dia memastikan, BI akan tetap berada di pasar untuk menjaga kepercayaan pasar (market confidence). Sebagai catatan, indeks dolar AS (DXY) kemarin, Senin (3/2/2025), pada pukul 15:01 WIB naik 1,14% di angka 109,6. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan posisi akhir minggu lalu (31/01/2025) yang berada di angka 108,37.
Rupiah tertekan hari ini setelah Trump mengumumkan akan segera mengenakan tarif dagang yang lebih tinggi terhadap China, Meksiko, dan Kanada di pekan ini.
Pada Sabtu (01/02/2025) kemarin, Trump menandatangani perintah yang mengenakan tarif sebesar 25% atas impor dari Meksiko dan Kanada, serta bea masuk sebesar 10% atas produk China.
Sementara itu, sumber daya energi dari Kanada akan menerima tarif sebesar 10%. Sebagai catatan, nilai perdagangan AS dan tiga negara ini mencapai total US$ 1,6 triliun per tahun.
Trump telah lama mempromosikan tarif sebagai cara untuk menegosiasikan kesepakatan yang lebih baik dengan mitra dagang AS. Dia pun menegaskan kebijakan ini dilakukan demi melindungi industri dalam negeri dari persaingan asing, dan mendapatkan pendapatan. (**)